Piala Menpora 2020 Hapus Stigma Negatif Tentang Esports

Piala Menpora 2020 Hapus Stigma Negatif Tentang Esports

Piala Menpora 2020 Axis tidak lama lagi akan segera digelar. Pendaftaran sudah dibuka sejak 1 Agustus dan akan dimulai kick off bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2020. Jenis games yang dipertandingkan adalah Mobile Legend: Bang bang.

Turnament yang berhadiah total 150juta ini akan diikuti oleh pelajar dan mahasiswa, yakni usia 14-24 tahun. Tujuannya adalah untuk mencari talenta-talenta berbakat dari seluruh pelosok negeri dan memberi mereka kesempatan untuk menjadi pemain professional.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S. Dewa Broto menyampaikan dukungannya atas Piala Menpora 2020.

“Esports memang tidak perlu bertemu dan bisa tetap berjalan karena bisa dilakukan dirumah masing-masing. Jadi enggak usah putus asa untuk komunitas esports karena kami mendukung perkembangannya dengan menghadirkan piala menpora esports 2020 axis ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Gatot juga memaparkan mengenai komitmen Kemenpora untuk mendukung perkembangan esports di Indonesia. Salah satu langkah yang sedang direncanakan adalah pembuatan regulasi esports di Indonesia. Dalam UU Sistem Keolahragaan Nasional, cabang esports belum memiliki regulasinya. Oleh karena itu cabang olahraga esports masih belum mendapatkan pengakuan dari pemerintah untuk saat ini

“Cukup banyak yang kami rencanakan. Namun, untuk yang paling mendasar, yaitu regulasinya. Saat ini, kami (Kemenpora) mendapatkan kesempatan bersama DPR untuk melakukan revisi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional,” ujar Sekretaris Kemenpora tersebut.

Keraguan masyarakat terhadap esports membawa stigma negatif terhadap esports. Cabang olahraga yang mengandalkan teknologi digital dan internet tersebut dianggap hanya membawa kemalasan. Piala Menpora Esports 2020 AXIS diharapkan dapat memberikan pemahaman baru mengenai esports.

“Mereka yang jadi juara (gelaran esports) itu tidak akan mungkin menjadi juara kalau tidak memiliki kondisi fisik yang prima. (Mereka) tidak akan mungkin menjadi juara kalau intelegensia (red: kecerdasan) mereka tidak tinggi. Seorang gamer membutuhkan intelegensia yang tinggi. Itu adalah syarat olahraga,” tutupnya.